Senin, 03 November 2008

TERMENUNG AKU

Berlari aku dalam hutan yang tak berujung

Tenggelam aku dalam lautan biru tak berdasar

Terbang aku dalam ketinggian yang melelahkan

Termenung aku dalam sebait puisi

Wajah mereka,,,

Terkubur tapi tak pernah mati

Berjuta orang aku bertemu.

Wajah mereka,,,

tak nyata namun terasa

putaran rotasi bumi berjingkrak dalam ruang waktu

dalam wajah mereka…

ada kehangatan dan kedamaian,,,

aku bersulang untuk sebuah kata penuh makna

mari bersulang

untuk persahabatan

MAAF AKU KALAH

Rambut keriting mayang tergurai sampai ke bahu

Senyum manis didekap kegalauan

Hidung mancung, kulit putih

Aahh sempurna juga….

Dengan keangkuhan tentang cinta

Aku merapatkan tubuh mendekat padanya

Kesederhanaan sikapnya

Membutakan aku tentang perbedaan

Saat jalan sudah mulai terang

Ada jeritan

Dari mereka, dari hatiku yang terdalam

Aku tersudut…

tergulai lemah…

Tak berdaya……

Dan Kalah….

Oleh…..

perbedaan…..

AKU DAN CINTAKU

Aku terseok dalam putaran roda hidupmu
Aku meratap di tengah gelak tawamu
Aku menangis di tengah keceriaanmu

Aku terjaga dalam lelap tidurmu
Hidupku berhenti dalam kisah masa laluku
Aku mengais seperti anjing buduk mengharap tulang
Aku telanjang dalam ketidakmaluan
Dan aku tercampak, terlempar jauh dalam selokan
Bunga mawarku kau lempar dengan kejam
Senyumanku kau acuhkan dengan sinis
Dan cintaku kau ludahi dengan keji

Namun adakah aku perduli dengan sikapmu???
Aku punya cinta suci yang selalu bisa memaafkanmu
Aku punya cinta sejati
Yang bisa membuatku tetap berdiri

MATIKAN AKU

Terunduk aku dalam sebuah batu tajam

Menghantam haru biru samudra

Mengintip dalam celah

Garis lurus sinar senja sore,

Merah merona menerpa kulit tipis…..

Matikan aku dalam hatimu yang kaku

Tikam aku dalam jemari angkuhmu

Injak aku dalam setiap pijakan masa depanmu

Aku disini

Menari bersama hujan

Juga angin malam

Tertawa dalam kehampaan yang telah mengkarat…

Tersenyum manis mengharap sebuah sinar

Di antara kelam mencekam

Matikan aku dalam hatimu yang beku

Kesenangan rapuh


Kesenangan rapuh bagai butir embun
Selagi ia tertawa, ia pun lenyap
Tetapi kesedihan kuat dan lekat
Biarlah kasih yang sedih terjaga di mataku

Seroja mengembang di sinar surya
Dan kehilangan segala yang dipunyainya
Ia tak akan tinggal sebagai kuncup
Dalam kabut musim dingin yang abadi

Bila Engkau Izinkan

Matamu yang bening dan indah
Memandang kosong dan tak berjiwa lagi
Begitu dalam kau tenggelam

Tertelan duka yang tak berkesudahan
Menanti datangnya kasih
Yang takkan pernah tiba, tuk berbagi rasa

Aku yang peduli denganmu


Menyimpan rasa ibah yang mendalam
Dalam sepi dan tak bergema

Terlewat dengan hanya mendengkur diri

Kau selalu tak pernah bisa

Tak lupakan sejanak dia yang telah pergi


Bila angkau izinkan

Kau berikan tempat untukku

Bila kau izinkan
Ku sembuhkan luka dihatimu


Hilangkan semua lukamu

Buang semua luka dihati

Genggamlah tanganku

Kutunggu jawaban jujur darimu

Penghuni Mimpi Sunyi


Engkau awan senja yang melayang di langit mimpi-mimpiku
Kulukis engkau dan kubentuk engkau selalu dengan rindu kasihku
Engkau punyaku, punyaku, penghuni dalam mimpi-mimpiku yang tak terbatas

Kakimu merah mawar karena nyala gairah hatiku
Bibirmu sedap-pedih karena rasa anggur kesedihanku
Engkau punyaku, punyaku, penghuni mimpi-mimpiku yang sunyi

Dengan bayang-bayang nafsuku telah kelamkan matamu
Pemburu lubuk pandangku

Telah kutangkap engkau dan kulihat engkau
Dalam jaring puisiku
Engkau punyaku-punyaku, penghuni dalam mimpi-mimpiku yang tak kunjung mati